Mutu dan Masalah Akses Ketersediaan Pangan Yang Berpengaruh Terhadap Masyarakat

Makanan yang dikonsumsi oleh manusia disebut pangan, sedangkan makanan yang dikonsumsi oleh hewan disebut pakan keduanya  merupakan hal yang berbeda, pangan dan gizi merupakan unsur yang sangat penting dalam peningkatan produktivitas nasional dan perbaikan kualitas hidup penduduk. Penyediaan pangan harus memenuhi kebutuhan gizi, keamanan pangan dan dapat diperoleh seluruh individu setiap saat. Ketahanan pangan dan perbaikan gizi merupakan suatu kesatuan.

Berdasarkan wawancara, seorang mahasiswi Teknologi Hasil Pertanian 2021 dari Universitas Mulawarman mengatakan “gizi pada pangan itu sangat penting. karena kandungan gizi dalam pangan yang kita kosumsi itu menunjang kelancaran semua sistem yang bekerja di dalam tubuh kita. bahkan seperti yang kita pelajari di gizi pangan, janin pun butuh asupan gizi yang cukup kan untuk perkembangannya. ga cuman pada janin sih, bayi, anak-anak, remaja, orang tua, bahkan lansia masih sangat membutuhkan gizi dalam pangan. soalnya kalo gizi kita kurang, selain sistem organ gabisa bekerja dengan baik, nanti pertumbuhan kita juga terhambat terus juga gampang sakit” Ujar Salsabila Sekar Lembayung.

Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 menunjukkan prevalensi Balita stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6% di atas batasan yang ditetapkan WHO (20%).

Penyebabnya karena rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein. Praktik pemberian makan kepada anak juga menjadi penyebab anak stunting apabila ibu tidak memberikan asupan gizi yang cukup dan baik. Ibu yang masa remajanya kurang nutrisi, bahkan di masa kehamilan, dan laktasi akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak anak.

Beras adalah salah satu produk makanan pokok paling penting di Dunia pernyataan ini terutama berlaku di Benua Asia, Bemua Asia juga merupakan tempat tinggal  dari para petani yang memproduksi sekitar 90% dari total produksi beras dunia. Pada 14 Agustus 2022 Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima penghargaan swasembada beras dari International Rice Research Institute (IRRI). Penghargaan ini diterima langsung oleh Jokowi di Istana Negara, Meskipun demikian berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang di Update 12 Agustus 2022, Indonesia masih mengimpor beras dari sejumlah Negara bahkan pada tahun kemarin saja jumlahnya mencapai 407.741,4 ton. Beras tersebut di impor dari sejumlah Negara seperti India, Thailad, Vietnam, Pakistan, Myanmar, Jepang dan China.

Akan tetapi menurut catatan, peristiwa wabah kelaparan telah berulang kali terjadi di Papua pertama pada 2015 muncul lagi di 2019, 2020, 2021, dan terakhir 2022. iklim hanyalah salah satu faktor hambatan, faktor manusia justru berperan lebih besar daripada gejala alam pada ketahanan pangan Papua karena bagaimanapun juga Papua merupakan bagian penting yang tak terpisahkan dari Indonesia.

Food Estate pernah dilakukan di Merauke dengan hasil yang gagal total menyisakan bangunan bernilai ratusan juta ditengah semak belukar lebih lagi pemberitaan di media massa sebenarnya memiliki kepentingan politik dengan terus menyorot dan menutupi kegagalan program lumbung pangan yang notabene untuk mencukupi kebutuhan daerah dan memberdayakan masyarakat lokal yang berakhir dengan gagal total. 

Selain itu dalam masalah distribusi pangan juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang bersifat fisik seperti: sarana dan prasarana, transportasi barang. Sedangkan faktor non fisik yaitu adanya pelaku distribusi untuk mengendalikan pasokan pangan yang akhirnya mempengaruhi harga pasar. Yang menjadi kendala dalam distribusi yang disebabkan juga sifat produk pertanian yang musiman. Dalam mengatasi kendala tersebut harus dilakukan pengaturan sistem distribusi dan konsep pemasaran produk pertanian agar berjalan sesuai harapan. Untuk melaksanakan hal tersebut ada beberapa cara yang harus dilakukan yaitu:

Solusi Masalah Distribusi Adanya informasi dan pengembangan sistem database distribusi pangan. Sehingga menghasilkan pangan dalam kondisi tepat jumlah dan tepat waktu sesuai dengan pola kebutuhan masyarakat.

Menggunakan metode tanam polikultur, sehingga jika satu komoditas harganya rendah, maka masih ada komoditas lain yang menjadi andalan. Misalnya, ketika harga cabai hari ini anjlok. Masih ada kentang dengan harga yang stabil.

Terdapat fasilitas gudang yang dapat membantu petani menyimpan hasil panen agar bertahan lama. Dengan ini dapat mengatasi penurunan harga di pasar akibat melimpahnya hasil panen. Hasil panen dapat disimpan di gudang dan dijual dengan harga yang tinggi untuk petani.

Adanya manajemen pemasaran yang Distribusi yang dilakukan bertujuan untuk mengontrol dan menghindari kelangkaan produk pertanian.

Mengolah hasil panen menjadi produk yang siap konsumsi. Penanganan yang tidak baik dapat menyebabkan kerusakan sehingga akan menurunkan nilai jual. Oleh karena itu, perlunya teknik pengolahan produk pertanian. Dan diharapkan dapat mengurangi kerusakan hasil pertanian dan dapat memperoleh nilai jual yang jauh lebih tinggi. Dengan teknik pengolahan produk pertanian bisa bertahan lama. Serta dapat memanfaatkan produk berkualitas rendah menjadi produk bernilai tinggi. Kementan perlu menyampaikan usulan kepada kementerian dan lembaga terkait untuk bisa bersama-sama membentuk suatu hub pangan nasional yang menghubungkan antar ibu kota provinsi. Hub tersebut dapat dikoordinatori oleh pemerintah pusat melalui kepanjangan tangan Badan Usaha Milik Negara.

Selanjutnya, diikuti dengan hub pangan regional yang menghubungkan antar kota dan kabupaten di setiap provinsi. Hub regional dapat dikendalikan penuh oleh pemerintah daerah lewat Badan Usaha Milik Daerah yang terdapat di wilayah masing-masing. Untuk saat ini, DKI Jakarta dapat menjadi contoh yang tepat di mana memiliki BUMN Food Station Tjipinang Jaya yang bisa mengatur distribusi pangan di ibu kota. Hanya saja, langkah seperti itu belum diikuti setiap darah. Sebab  belum semua provinsi melakukannya.

Pandemi virus corona membuat proses distribusi pangan sedikit terhambat. Berkaca dari berbagai masalah yang ada, Covid-19 memberikan pelajaran bagi pemerintah. Yakni soal pentingnya upaya perbaikan sistem logistik pangan nasional. Sebab, mekanisme pasar khususnya dari sisi distribusi pangan tidak bisa dibiarkan begitu saja dipegang penuh oleh pedagang dan distributor sehingga perlu intervensi pmerintah.

Staff Divisi Peduli Pangan Himalogista Unmul menuturkan, “Masih banyak Masyarakat diberbagai pelosok Indonesia yang menjadi korban rawan pangan dan kelaparan akut, daerah Papua sendiri hanya menjadi salah satu contoh yang kita dapat ekspos, pemberantasan kelaparan harus ditetapkan sebagai salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan sebagai instrument utama keputusan ini diambil mengacu pada data yang ada, dan organisasi bantuan pangan lainnya harus menerima bantuan dan fasilitas yang dibutuhkan untuk menjangkau masyarakat, memberikan makanan penyelamat hidup bagi orang-orang yang hancur dan menderita karena bencana dan pada anak-anak dan keluarga, Kesulitan akses pangan akibat pandemic bukanlah satu-satunya ancaman yang paling besar saat ini tapi juga tentang distribusi dan khususnya perubahan iklim yang bisa menyebabkan gagal panen” ujar Dean Kristian Malat. BKP (Badan Ketahanan Pangan) sebagai badan pemerintah terus melakukan pemantauan pangan di setiap provinsi setiap harinya. Ketersediaan pangan dapat dipastikan jika produksi dan distribusi stabil. yang di khawatirkan, secara nasional memang cukup, tapi bila ketersediaan di masing-masing provinsi, itu yang butuh usaha besar.

Kearifan petani yang sudah ada sejak zaman dahulu yakni mix cropping atau tanam campur, seperti contohnya  ditanami kacang, labu, ubi, jagung, macam-macam, sehingga ketika ada terjadi kekeringan atau Covid-19 misalnya, sumber pangan terjaga. Kalau jagung tidak jadi, masih ada labu, labu tidak jadi masih ada kacang, Kebijakan pemerintah soal pengembangan pertanian, juga perlu memperhatikan agar kearifan lokal ini tidak ditinggalkan.

Perlu di garis bawahi juga yakni ketidakpedulian masyarakat dalam hal ini orangtua terhadap pola makan anak yang mengandung gizi cukup. Masyarakat juga cenderung memberikan makanan instan seperti biskuit dan mie instant daripada memberikan variasi makanan bergizi kepada anak, bahkan khususnya di Daerah Kabupaten Kutai Barat Masyarakat lebih suka mengolah ikan segar menjadi ikan asin dari pada mengkonsumsi dengan diolah secara langsung yang kandungan gizi nya lebih optimal, Masyarakat juga sudah tidak mau bersusah payah memproduksi tanaman pangan atau membuat makanan yang lebih variatif bergizi untuk anak karena alasan pekerjaan, tidak ada waktu, dan lain-lain prinsipnya yang penting kenyang tapi tidak melihat nilai gizinya.

Sumber:
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-6234738/jokowi-dapat-penghargaan-swasembada-beras-benarkah-ri-sudah-tak-impor
https://www.bbc.com/indonesia/articles/c10ve871lrjo
https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/beras/item183?
https://www.victorynews.id/nasional/pr-3312287647/masyarakat-lebih-suka-beli-rokok-daripada-beli-makanan-bergizi-untuk-anak
https://youtu.be/JMdPexf1aRQ